Nama : Aisyah Nurrohmah
NPM : 10211482
Kelas : 3 EA 27
Dosen : Rini Sawitri
BERPIKIR
DEDUKTIF
Definisi yang paling
umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep didalam diri seseorang.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Berpikir juga
berarti berjerih – payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau
mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti
penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang
khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau di
ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan
pola berpikir yang dinamakan silogismus atau silogisme. Silogisme termasuk dalam penalaran
deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil simpulan dalam
sebuah karangan. Berdasarkan bentuknya, silogisme terdiri dari :
a.
Silogisme
Kategorial
Silogisme
kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi
premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis
yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis
tersebut adalah term penengah (middle term).
Hukum-hukum Silogisme Katagorik :
-
Apabila
salah satu premis bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
-
Apabila
salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
-
Apabila
kedua premis bersifat partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan
-
Apabila
kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini
dikarenakan tidak ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya.
Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif
-
Apabila
term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil
kesimpulan. Contoh; semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin.
Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
-
Term-predikat
dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya.
Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah
-
Term
penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila
term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain
-
Silogisme
harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa
diturunkan konklsinya
b. Silogisme Hipotetik
Silogisme
hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Hukum-hukum Silogisme
Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah
dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran
konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila
antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah:
-
Bila
A terlaksana maka B juga terlaksana.
-
Bila
A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
-
Bila
B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
-
Bila
B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
1.
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika panas saya pakai payung.(mayor)
Sekarang panas.(minor)
∴ Saya pakai payung (konklusi).
2.
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika panas, bumi akan kering (mayor).
Sekarang bumi telah kering (minor).
Panas telah terbit (konklusi)
3.
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan
dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak
dilaksanakan dengan paksa.
∴ Kegelisahan tidak akan timbul.
4.
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila mahasiswa turun ke jalanan,
pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
∴ Mahasiswa tidak turun ke
jalanan.
c. Silogisme Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau
Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
∴ Jadi, Nenek Sumi tidak berada
di Bogor.
d. Silogisme Disjungtif
Silogisme
disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif
sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme
hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang
semestinya.
Silogisme ini ada dua macam yaitu:
1.
Silogisme
disjungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti
sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
Heri jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata Heri berbohong.(premis2)
∴ Ia
tidak jujur (konklusi).Silogisme disjungtif dalam arti luas
2.
Silogisme
disjungtif dalam arti luas
Silogisme disjungtif dalam arti luas berarti premis mayornya
mempunyai alternatif bukan kontradiktif.
Contoh:
Hasan di rumah atau di
pasar.(premis1)
Ternyata tidak di rumah.(premis2)
∴ Hasan
di pasar (konklusi).
Hukum-hukum Silogisme Disjungtif :
1.
Silogisme
disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid.
Contoh:
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata Hasan berbaju putih.
∴ Hasan
bukan tidak berbaju putih.
2.
Silogisme
disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah
a.
Bila
premis minor mengakui salah satu alternatif, maka konklusinya sah (benar).
Contoh:
Budi menjadi guru atau pelaut.
Budi adalah guru.
∴ Maka
Budi bukan pelaut.
b.
Bila
premis minor mengingkari salah satu alternatif, maka konklusinya tidak sah
(salah).
Contoh:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke
Yogyakarta.
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta.
∴ Dia lari ke Solo?
e.
Entimem
Entimem adalah silogisme yang diperpendek. Entimem tidak
peerlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan
premis khusus yang menjadi penyebabnya.
Rumus entimem : C = B, Karena C = A
Contoh :
Silogisme :
PU : siswa yang baik tidak mau bolos sekolah.
PK : Ali siswa yang baik.
S : Ali tidak
mau bolos sekolah.
Entimem
Ali tidak mau bolos sekolah, karena ia siswa yang baik.
Penjelasan:
C = Ali ;ia
B = tidak mau bolos sekolah
A = siswa yang baik
C = B, karena C = A
Contoh di atas silogisme yang dijadikan entimem. Jika
entimem dapat dikembalikan menjadi silogisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar